Sorotan Kontroversi dalam OKK UI 2023
Penulis: Abdul Karim, Faiz Attaqi, Raka Yuda Priyangga, dan Trinita Riana Sitorus
Hari-hari menuju acara puncak Orientasi Kehidupan Kampus Universitas Indonesia (OKK UI) 2023 semakin dekat. Suatu momentum berharga dan bergengsi yang tidak dapat terlewatkan oleh para mahasiswa baru UI.
Namun, semakin mendekati puncak acara, berbagai informasi negatif mulai tersebar luas di berbagai platform media sosial, khususnya twitter, mengenai berbagai permasalahan yang sedang dihadapi, baik oleh staf maupun Badan Pengurus Harian (BPH) dari OKK UI 2023.
Badan Otonom Economica (BOE) akan menjabarkan satu persatu permasalahan yang ada berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait.
Permasalahan Mentor
Jika digali lebih dalam, carut marut OKK UI 2023 pertama kali terdengar melalui keluhan para mentor melalui akun media sosial, khususnya Twitter. Mereka mengemukakan keluhan mengenai berbagai macam aspek, terutama pasca-sosialisasi terkait kegiatan OKK.
Melati (nama samaran), selaku salah satu mentor OKK 2023, mengeluhkan terkait tugas yang terlalu mendadak dan program kerja yang terlalu banyak. “Tahun ini chaos banget. Tahun kemarin mah timeline fix dari awal, misi satu sampai tiga jelas, challenge juga jelas, dan esensinya masih beneran kayak ospek,” jelas Melati sembari membandingkan OKK tahun ini dengan tahun sebelumnya.
Ia menambahkan pula bahwa timeline dan informasi terkait OKK seringkali tidak konsisten dan berubah-ubah walaupun sudah diberikan ke mahasiswa baru. Ia mengaku, “Agenda sama anak-anak maba banyak yang kacau gara-gara gonta-ganti timeline.”
Hal ini juga dirasakan oleh Dinda selaku mentor OKK 2023, di mana terdapat ketidaksiapan bahan koordinasi yang diperlukan oleh mentor, seperti sistem pengumpulan mentee, info broadcast, serta berbagai misi dan tugas yang harus dilakukan oleh mentor. “Kalau dari kepanitiaan harusnya bahan-bahan koordinasi KTM (Koordinator Tim Mentor) sama mentor harus udah siap dari sebelum perekrutan mentor atau paling enggak ketika mentor baru diterima,” ujarnya.
Di samping itu, Melati juga mengeluhkan perihal pembuatan akun kitabisa.com untuk program beasiswa OKK UI Future Scholarship. Program tersebut merupakan program baru dari OKK UI untuk membantu mahasiswa baru yang kurang mampu. Ia berujar, “OKK tahun ini terlalu banyak inovasi, tapi esensinya enggak dapet dan bikin keteteran.”
Keluhan lain yang ia sampaikan adalah terkait pembayaran set up cost (SUC) sebesar 75 ribu rupiah untuk mendapatkan kaus panitia dan lanyard, yang mana SUC tersebut tidak akan dikembalikan setelah acara berakhir. Hal ini merupakan kebijakan baru yang belum diterapkan pada tahun sebelumnya.
Namun, Melati juga menjelaskan bahwa sebenarnya panitia diberi pilihan untuk menolak jika merasa keberatan terkait pembayaran SUC ini dengan mengabarkan panitia divisi terkait. “Tapi, aku sama pasangan mentor (pasmen)-ku merasa itu agak ribet, jadi kita bayar aja,” tambahnya.
Dinda berharap persiapan OKK UI di tahun-tahun mendatang dapat lebih matang dan koordinasinya pun lebih baik. Harapan senada diungkapkan oleh Melati, di mana ia berharap OKK dapat fokus pada esensi ospek. “Inovasi, jika memang ada, harusnya disiapkan secara matang,” pesan Melati.
Minggu Kelam: Walkout-nya Divisi Keamanan
Selain permasalahan mentor, informasi mengenai pengunduran diri 108 panitia serta BPH divisi Keamanan pada awal Agustus juga menjadi sorotan di media sosial. Hal tersebut diawali karena adanya konflik internal dalam divisi keamanan.
Dari wawancara dengan salah satu BPH Divisi keamanan yang juga mengundurkan diri, disampaikan bahwa kurangnya dukungan dan perhatian dari pengurus inti, terutama Project Officer, menjadi faktor utama dalam keputusan pengunduran diri. “Kami merasa kontribusi kami tidak dihargai. Bahkan, dalam beberapa kasus, kegiatan kami tidak mendapat pengawasan dan dukungan finansial yang cukup,” keluhnya.
Pada Senin (31/7) hingga Selasa (1/8), terjadi pengunduran diri yang tidak hanya melibatkan tiga anggota BPH, tetapi juga 105 staf dari divisi keamanan. Hal ini disebabkan penolakan proposal pendanaan untuk pelatihan yang telah direncanakan dan mengikuti standar Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Konflik ini mencapai puncaknya pada Rabu (2/8). Divisi keamanan telah merencanakan pelatihan, tetapi menjelang acara, kegiatan pelatihan tersebut menghadapi kendala serius dalam hal pendanaan. Anggaran konsumsi peserta harusnya sesuai RAB yang sudah disetujui. Akan tetapi, alokasi dana yang disediakan untuk konsumsi peserta justru sangat terbatas, yaitu hanya sekitar Rp5000 untuk tiap peserta per hari. Angka ini jauh di bawah anggaran yang semula sudah ditetapkan.
Meskipun pengunduran diri tersebut terjadi dalam divisi keamanan, dampaknya merambat ke divisi lain, terutama divisi medis yang memiliki fokus operasional yang sama.
Pihak Economica telah berulang kali berusaha untuk menghubungi pihak panitia OKK guna memperoleh tanggapan terkait isu-isu yang tengah berkembang, termasuk masalah mentor dan pengunduran besar-besaran dari divisi keamanan.
Namun, hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi yang diberikan. Beberapa pihak OKK enggan berpendapat mengenai permasalahan ini. Masyarakat dan peserta OKK tentu mengharapkan adanya kejelasan dan transparansi dalam mengatasi permasalahan ini menjelang pelaksanaan puncak acara yang semakin mendekat.
Editor: Anindya Vania, Muhammad Ramadhani, dan Tara Saraswati